I. Ringkasan Program:
Training ini membahas tentang penyusunan dan penilaian KPI pegawai dengan metode Balanced Scrorecard (BSC) serta melaksanakan praktek penilaian KPI
II. Manfaat Program:
III. Metode Pelatihan:
Praktek simulasi Aplikasi Penilaian KPI Kepala Bagian Marketing, Kepala Bagian Operasional, PE MR dan Kepatuhan, PE Audit Intern, Customer Service, Teller, Account Officer, Funding Officer, Collector, Admin Kredit, Akunting, IT, SDM, dll.
IV. Manfaat KPI
Manfaat KPI bagi perusahaan dan pegawai adalah sebagai berikut:
a. Pegawai menjadi lebih mengerti mengenai apa yang menjadi ekspektasi perusahaan atau manajemen terhadap dirinya dan juga dapat menjadi motivasi bagi pegawai untuk bekerja lebih optimal untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.
b. Mendorong perbaikan kinerja pegawai sebab dengan adanya KPI yang terukur memampukan pegawai untuk mengetahui bagaimana dia melakukan pekerjaan dan area mana yang perlu pegawai ketahui untuk ditingkatkan kinerjanya.
c. Kinerja yang menjadi lebih terukur dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan sistem imbalan antara lain untuk menentukan tingkat gaji dan/atau reward yang layak sesuai dengan produktivitas pegawai. Hal ini juga sering menjadi bahan review OJK terkait kebijakan dasar penentuan penggajian dan remunerasi pada BPR.
d. Mendorong perusahaan untuk memiliki budaya berprestasi yang lebih sehat dan terbuka dengan adanya acuan atau tolok ukur dalam penilaian kinerja serta dapat mengurangi unsur subyektivitas.
IV. Balanced Scorecard sebagai Metodologi Penilaian KPI
Pengukuran kinerja pegawai menggunakan Aplikasi Online KPI-BPR mengacu pada metodologi Balanced Scorecard (BSC). Metodologi BSC ini sudah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan keuangan (Bank) dan non keuangan baik secara nasional maupun skala internasional. BSC melihat ukuran keberhasilan “bukan hanya” dari perspektif keuangan sebagaimana pandangan Manajemen tradisional selama ini yang melihat ukuran keberhasilan organisasi hanya dari ukuran keuangan saja seperti likuiditas, rentabilitas, return of asset (ROA) atau profit. BSC memandang bahwa harus ada ukuran seimbang (balanced) antara “keuangan dan non-keuangan”.
Secara umum Balanced Scorecard ini merupakan strategi yang mengedepankan keseimbangan di dalam menilai 4 (empat) persepektif, yaitu:
a. Perspektif Keuangan Perspektif keuangan ini melihat aspek kesehatan keuangan perusahaan atau Bank. Bank perlu membuat strategi yang berorientasi pada aspek keuntungan atau margin serta penjualan produk kredit dan pendanaan (funding) dengan berpegang pada prinsip kehati-hatian Bank. Jika Bank memiliki keuntungan dan tingkat penjualan produk yang tinggi dengan risiko yang terkendali maka Bank akan dapat terus hidup (going concern) dan bertumbuh. Sebaliknya bila terjadi kerugian yang terus menerus maka kemungkinan besar Bank bisa dicabut ijin usahanya (CIU) atau ditutup oleh Otoritas/ Regulator.
b. Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan akan melihat dari sisi seberapa banyak penambahan pelanggan dan seberapa tinggi tingkat kepuasan pelanggan atau nasabah (customer) dalam menggunakan produk dan layanan Bank. Pelanggan yang puas dengan produk dan layanan yang disediakan oleh Bank membuka peluang yang lebih besar bagi nasabah akan terus membeli dan menggunakan produk dan layanan Bank (repeat order) atau menjadi nasabah loyal). Sebaliknya jika nasabah tidak puas dengan produk dan layanan Bank maka nasabah rentan untuk pindah ke Bank pesaing. Hal ini tentu saja menjadi sinyal negatif dan hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan perusahaan.
c. Perspektif Proses Bisnis Intern Dalam proses bisnis intern melihat proses bisnis perusahaan dari sisi peningkatan kecepatan layanan (SLA - Service Level Aggreement), kualitas produk/layanan dan menekan potensi tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh terjadinya kejadian risiko. Sebab sebaik apapun kinerja bisnis Bank jika terjadi risiko apalagi risiko fraud maka bisa berdampak buruk terhadap kinerja dan reputasi Bank.
d. Perspektif Pembelajaran Pembelajaran dan pertumbuhan pegawai merupakan perspektif yang perlu dibudayakan oleh Bank. Untuk merespon kemajuan teknologi dan tingkat persaingan yang semakin kompetitif sekarang ini maka konsekuensi logisnya dibutuhkan SDM Bank yang berkualitas. Supaya kualitas manusia dimaksud dapat meningkat maka setiap pegawai harus terus menerus belajar baik melalui metode Workshop, mentoring, coaching, assessment atau belajar secara otodidak.